Ijazah Keilmuan Noyo Senthono



Sekarang, demi kebaikan bersama, saya memberikan Ilmu Noyo Senthono ini kepada Anda yang serius ingin menolong. Pengobatan Supranatural memang sudah saya tinggalkan, tetapi apa salahnya jika saya menurunkan pengetahuan yang pernah saya pelajari. Saya meninggalkan bidang pengobatan karena bertambahnya kesibukan dan tidak punya banyak waktu untuk menghimpun energi penyembuhan (magnetis dan prana). Namun, Asal Anda mau mengikuti petunjuk ini, dengan ijin Allah, Anda akan bisa mengobati orang lain dari jarak dekat maupun jauh. Walau terkesan sederhana, Ilmu Lawe sebaiknya dilestarikan. Bahkan jika perlu konsep-konsep dasarnya dipadukan dengan konsep aliran lain, baik penyembuhan ala Reiki tibet, Prana, tenaga dalam, atau penyembuhan dengan cara hikmah. Setelah mempelajari dan mengamati berbagai ilmu penyembuhan yang bersifat supranatural, saya menyimpulkan bahwa sumber dari segala energi yang dapat menyembuhkan dari jarak dekat atau jauh, adalah “energi kehendak”. Atau dalam bahasa yang lebih agamis, “kehendak” identik dengan suatu doa, dan Tuhan telah memberikan hak kepada para hambanya untuk berdoa yang jelaskan dalam Al-quran surah Al-Mukmin : 60. “ Memintalah kamu kepada-Ku, Aku akan mengabulkan permintaanmu itu.” Memang ada beberapa perbedaan mendasar antara penyembuhan modern dengan penyembuhan spiritual. Misalnya, menurut aliran reiki, penyembuhan akan lebih maksimal jika dilakukan atas sepengetahuan antara pasien dengan penyembuhnya. Sebaliknya, --menurut agama (Islam)— permohonan atau doa yang mudtajab (manjur) adalah doa yang dipanjatkan secara rahasia diluar pengetahuan orang yang didoakan. Dua pendapat ini sama benarnya. Keduanya memiliki dalil yang mengesahkan. Satu pihak berpedoman pada keyakinan atau dhon (sugesti), sedangkan yang lain berpedoman pada keikhlasan. Cara Menggunakan Ilmu Lawe Apakah Ilmu Lawe itu dan bagaimana memanfaatkannya...? Walau Ilmu Lawe banyak alirannya, dari sekian cara, yang praktis dan banyak berhasilnya, adalah cara sebagai berikut: 1.Duduk menghadap qiblat dan berkonsentrasi. 2.Ambil air putih (masak) dalam gelas. 3.Membaca Basmalah dan shalawat 3 kali. 4.Dilanjutkan dengan Surat Al-Fatihah x 3, ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW, Muslimin muslimat dan dikhususkan kepada pasien. 5.Membaca ayat 78–79 Surat Yasin tiga kali ulangan, yaitu: Wa daraba lana masalaw wa nasiya khalqah, qala may yuhyil- ‘izama wa hiya rahim. Qul yuhyihal-lazi ansya’ahaa awwala marrah, wa huwa bi kulli khalqin ‘alim. 6.Ambil tali (sumbu kompor) sepanjang setengah meter. Bayangkan bahwa sumbu kompor itu pasien. Yaitu ujung bagian selatan bayangkan bagian kepalanya dan ujung utara bagian kakinya. 7.Tiup sumbu itu dari arah atas ke bawah 3 kali lalu pegang perlahan-lahan dengan kedua tangan, uruturut seperti ketika sedang mengurut (memijit) orang yang sakit. (Ketika konsentrasi mencapai puncaknya, jangan sekali-kali memegang tali dan memijat atau menarik terlalu keras). Semua dilakukan dengan lembut, halus penuh penghayatan dan konsentrasi. 8.Tiup air putih untuk diminumkan pada pasien. Hal lain yang perlu diketahuai berkaitan dengan Ilmu Lawe ini adalah agar seseorang yang menghendaki ilmunya mendarah daging dalam jiwa-raganya haruslah mewiridkan amalan sebagaimana tersebut diatas (Yasin: 78–79 ) secara rutin, minimal 3 kali setelah shalat mahrib atau subuh. Dan semakin sering ilmu dimanfaatkan untuk menolong orang lain, justru semakin tajam. Agar ilmu itu lebih manjur, para dukun Lawe berpantang untuk tidak memotong kayu yang tidak ada manfaatnya. Bahkan ada dukun lawe ada yang secara ekstrim menerjemahkan pantangan ini, sehingga untuk tujuan apapun, ia berpantang mematahkan kayu.

Lantas bagaimana jika mematahkan kayu secara tidak sengaja.? Guru yang memberikan ijazah ini memberikan sanksi berupa membaca amalannya 3 kali, saat itu juga. Konsep Ilmu Noyo Senthono ini sangat sederhana. Dan beberapa orang yang mengamalkannya memiliki tingkat kemanjuran yang berbeda. Dan tingkat kemanjurannya itu lebih ditentukan dari bagaimana seseorang mentirakati ilmunya. Misalnya, dengan sering puasa Senin – Kamis, membaca amalan wiridnya secara penuh atau setiap usai shalat lima waktu, atau bentuk laku prihatin yang lain. Yang pasti, Allah Maha Mengetahui apa yang diminta hambanya. Pengembangan Ilmu Noyo Senthono.Ilmu Noyo Senthono belakangan ini banyak dipadukan dengan ilmu dari aliran lain. Misalnya, dengan penyembuhan magnetisme, prana, tenaga dalam, reiki, bahkan ada juga yang mengembangkannya dengan ilmu kejawen. Ada penyembuh yang sengaja “meruwetkan” diri. Yaitu, setiap ada pasien datang lalu ditanyakan hari kelahirannya. Setelah diketahui hari kelahiran (weton) berdasarkan kalender Jawa, lalu mengambil garam kasar sejumlah itu. Misalnya, jika pasien itu mempunyai hari kelahiran Jum’at Wage lalu diambil l0 butir garam kasar (Jum’at :10,Wage:4). Dan garam itu digunakan untuk param pada bagian yang sakit. Bagi yang sudah menguasai penyembuhan dengan tenaga dalam atau prana, dapat juga Ilmu Lawe dimodifikasi. Apakah air putihnya diberi getaran, menarik dan menyalurkan getaran pada tali (sumbu kompor) dengan kehendak menarik penyakit dan menyalurkan “daya sembuh” pada pasien. Dan untuk memperkuat visualisasi batin itu, dapat juga dengan alat bantu berupa foto atau pakaian pasien. Saya pribadi berkeyakinan bahwa ilmu penyembuhan, apapun alirannya, dapat dipadukan dengan aliran lain. Toh pada dasarnya, hakikat dari upaya batin adalah menyatukan kehendak, sebagai upaya memohon kepada Gusti Allah SWT, untuk sesuatu yang dikehendaki. Untuk diketahui, jenis-jenis penyakit yang biasanya ditangani dengan lawe adalah penyakit yang berkaitan dengan adanya “kerusakan” pada bagian anggota badan. Atau menurut aliran saya, adalah suatu penyakit yang penyebabnya adalah hal-hal yang berkaitan dengan makna dari amalan atau wirid yang digunakan (Yasin: 78–79). Agar lebih paham, perhatikan arti dari ayat tersebut: Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami, dan dia lupa pada kejadiannya, ia berkata : Siapakah yang menghidupkan tulang-belulang, yang telah hancur luluh?” Katakanlah : “Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk.” Dari terjemahan kalimat tersebut diatas, menyiratkan makna bahwa Allah kuasa mengembalikan tulang-belulang yang telah remuk menjadi utuh kembali. Lalu para ahli hikmah meyakini ayat tersebut memiliki hikmah sebagai sarana penyembuhan dari berbagai hal yang disebabkan kerusakan pada sesuatu yang semula utuh. Dan sebagaimana kita ketahui, apa yang kita kenal sebagai penyakit adalah terjadinya gangguan atau kerusakan pada anggota badan. Ilmu Lawe pada umumnya memang dikhususkan untuk penyembuhan dari penyakit yang berkaitan dengan tulang semisal, keseleo, salah urat dan sebagainya. Namun dalam pengembangannya, dapat digunakan untuk penyembuhan penyakit lain. Bahkan dalam upayanya mengembangkan fungsi itu, para penyembuh memberikan tambahan permohonan dengan mengucapkan mantra: Asal kulit dadi kulit, asal otot dadi otot, asal daging dadi daging, asal balung dadi balung, asal sumsum dadi sumsum, asal waras dadi waras, kanti izine Gusti Allah. Energi Kehendak Apapun aliran metafisika yang anda ikuti, insya Allah dapat digunakan untuk ikhtiar penyembuhan dari jarak dekat atau jauh. Dan sebagaimana tersebut diatas, kuncinya adalah kehendak hati. Khusus untuk penyembuhan jarak jauh, setiap aliran memiliki cara yang berbeda-beda. Ada yang dengan mengejangkan dada/perut, disertai gerak dan teknik pernapasan tertentu. Bahkan ada aliran yang cukup dengan memvisualisasikan bahwa dirinya menerima pancaran sinar dari atas (baca : Tuhan), lalu ia menyalurkan kepada orang yang dikehendaki melalui telapak tangannya, dan saat menyalurkan itu ia tidak melakukan aktivitas fisik, seperti pernapasan, mengerahkan tenaga dan sebagainya.

Kita tidak perlu mempermasalahkan perbedaan itu. Kita juga tidak perlu merasa memiliki cara yang lebih unggul dibanding cara yang dimiliki orang lain. Karena pada hakikatnya, kematangan ilmu seseorang, ditentukan dari sejauhmana ia mengasah ilmunya, juga kesungguhan dan keikhlasannya dalam menolong sesama. Berdasarkan pengalaman, penyembuhan supranatural akan berjalan secara reflek, sepanjang dijalani dengan kesungguhan dan keikhlasan. Mengobati orang dari jarak jauh, menurut pemahaman saya identik dengan “mendoakan” orang lain. Dan karena sifatnya doa, maka ia tidak terikat oleh ruang dan waktu. Jangankan dengan sesama orang yang masih hidup. Antara orang hidup ke orang mati pun, doa itu sampai. Namun, secara teori, untuk mengirimkan energi jarak jauh itu, sebaiknya seseorang memiliki kandungan energi yang cukup. Misalnya, apakah ia mengamalkan wirid-wirid khusus, termasuk wirid Ilmu Lawe sebagaimana tersebut diatas, atau wirid lain yang memiliki manfaat untuk penyembuhan. Selain Ilmu Lawe, wirid yang banyak dilalukan para ahli hikmah untuk pengobatan, adalah wirid Surat Al-Fatihah. Caranya, setiap usai shalat fardhu atau minimalnya usai shalat maghrib dan subuh, dibaca 7 kali. Jika Surat Al-Fatihah itu sudah membalung sumsum, ketika akan mengobati –jarak dekat/jauh, cukuplah dibacakan Shalawat 3 kali, Al-Fatihah 1 kali, ditutup dengan bacaan “Hasbiyallah” 7 kali dengan menahan napas. Setelah seluruhnya dibaca, silakan anda menggunakan cara penyaluran. Apakah dengan hembusan napas seolah-olah meniup pasien, atau cara lain yang diyakini.

disajikan dan hasil kompilasi dari berbagai sumber




Komentar

Postingan Populer