Lp Thuad


Luang Phor Thuad adalah seorang Bhikkhu legendaris. Beliau lahir di Singora, Thailand. Leluhur Beliau bermigrasi dari Propinsi Fujian, China berabad-abad yang lalu karena kondisi China yang tidak menentu dan kemudian menetap di Singora, Thailand. Ke dua orang tua Beliau juga lahir di Singora, Thailand dan Ibunda Beliau adalah orang China asli. Kehidupan ke dua orangtua Beliau sangatlah miskin dan mereka hanya tinggal di sebuah gubuk di dekat sebuah vihara, Wat Khokosan dan digaji oleh seorang kaya untuk mengerjakan ladangnya.
Luang Phor Thuad dilahirkan di Ban Suan Chan, Chumphol district, Sathing Phra in di Songkhla, Thailand Selatan pada thn 1582 (B.E.2125) ketika kedua orangtua Beliau berumur 40thn.
Ketika Beliau berumur 6 bulan, Beliau diletakkan di bawah sebuah pohon yang rindang di dekat ladang padi dimana ibundanya sedang bekerja. Pada siang hari, Ibundanya menghentikan kerjaannya untuk memberi asi kepada Beliau. Pada saat Ibundanya berjalan ke arah sang bayi, dia melihat seekor ular Python yang sangat besar sedang melilit di sekitar sang bayi. Dalam keterkejutannya, sang Ibu berteriak meminta pertolongan. Tetangga di sekitar segera berkumpul dan membawa berbagai peralatan yang dapat digunakan sebagai senjata. Sang ular sama sekali tidak bergerak. Semua orang yang berkumpul tidak tahu apa yang harus mereka lakukan. Tidak ada yang berani untuk menyerang karena takut sang ular akan memangsa si bayi apabila mereka menyerangnya. Mendadak sang Ibu mempunyai ide. Dia teringat kepercayaan kuno yang mempercayai bahwa mungkin saja sang ular adalah penjelmaan dari dewa. Jadi sang ibu memetik bunga 7 warna dan meletakkan di atas daun, dan kemudian mempersembahkan kue beras dan langsung berlutut ke ular python tsb. Setelah beberapa saat, sang ular memuntahkan sebuah bola kristal di dada sang bayi dan kemudian pergi. Sang ibu kemudian menyimpan bola kristal tsb dan membawa sang bayi pulang.
Seorang kaya menawar bola kristal tsb dengan harga yang sangat tinggi. Tetapi ibunda Lp Thuad tidak mau menjual bola kristal tsb. Kemudian orang kaya tsb mencoba menekan Ibunda nya degan kekerasan, sehingga sang Ibunda mangalah dan memberikan bola kristal tsb.
Tetapi setelah orang kaya tsb memiliki bola kristal itu dalam 3 hari, semua anggota keluarganya jatuh sakit. Kemudian dia berkonsultasi dengan seorang paranormal, dan paranormal tsb memberitahukan dia kalau dia telah menyimpan sesuatu yang bukan merupakan hak nya. Hanya sang bayi yang berhak atas bola kristal tsb. Orang kaya tersebut ketakutan dan mengembalikan bola kristal tsb kepada Ibunda Lp Thuad.
Lp Thuad mulai belajar agama Buddha pada usia 5 thn dan ditabhiskan menjadi bhikkhu pada usia 12 tahun. Pada usia 30 thn ayahnya meninggal dan kemudian dia memutuskan untuk mengembara ke daerah lain untuk mempelajari Buddhisme lebih dalam.
Dari tempat nya wat Pakok, Singora, Thailand, Lp Thuad menumpang perahu menuju utara ke propinsi Ayuthaya. Setelah berlayar setengah hari, perahu tersebut berjumpa dengan badai yang sangat besar. Awak kapal semuanya sangat ketakutan. Perahu tersebut tidak bisa tiba di tempat tujuan setelah berlayar beberapa hari. Persediaan air minum sudah sangat menipis.
Para awak kapal mulai panik dan menuduh Lp Thuad sebagai penyebab kesialan mereka dan mereka merencanakan untuk membuang dia ke laut. Merasa ada hal yang tidak nyaman, Lp Thuad menenangkan para awak kapal dengan mengatakan kalau mereka tidak perlu khawatir mengenai air minum karena masih banyak air di sekitar. Seiring ucapan tersebut, beliau merengganggkan kaki nya keluar dari kapal dan tiba2 badaipun berlalu. Dengan kakinya, Beliau menggambar lingkaran di atas laut dan memberitahukan awak kapal untuk mengambil air dalam lingkaran yang dia buat untuk diminum.
Para awak kapal tidak percaya. Mereka berpikir kalau sang bhikkhu hanya mencoba menipu mereka. Setelah Lp Thuad menjamin mereka bahwa air tersebut bisa diminum, salah satu dari awak kapal memutuskan untuk mencoba. Dia menemukan kalau air dalam lingkaran yang dibuat Lp Thuad memang bisa diminum. Segera sisa awak kapal lainnya mencoba untuk meminum air tersebut dan mereka mendapatkan kalau air laut itu sudah menjadi air tawar yang aman diminum. Salah satu awak kapal mencoba merasakan air di luar lingkaran, dan dia merasakan kalau air di luar lingkaran masih asin. Para awak kapal segera membuang pikiran buruk mereka terhadap Lp Thuad. Pada hari berikutnya, perahu tersebut tiba di propinsi Ayuthaya. Lp Thuad berjalan beberapa mil dan sangat gembira menemuka sebuah vihara yang besar. Para Bhikkhu di vihara ini menolak untuk menerima dia karena dia sangat miskin. Kemudian dia pergi ke sebuah vihara tua yang dekat dengan vihara tersebut. Penjaga vihara di situ menerima dia dengan senang hati dan menawarkan dia untuk tinggal. Kemudian dia tinggal di sana dan mempelajari naskah kuno Buddhis, dan melatih meditasi. Dia melakukan hal ini selama ½ tahun.
Melihat perkembangan Negara Thailand yang makin makmur, raja Sri Lanka mengirimkan 7 orang bikkhu ke propinsi Ayuthaya untuk mencoba pencapaian dari para bhikkhu di Thailand. Mereka membawa 12 mangkok yang berisi 84,000 kata-kata. Kata-kata ini dimaksudkan untuk dapat disusun sebagai sebuah sutra dalam jangka waktu 1 minggu. Jika tugas ini terpenuhi, maka Raja Sri Lanka akan mempersembahkan 7 perahu yang terbuat dari emas. Apabila tugas ini tidak dapat diselesaikan, Thailand akan menyerahkan kerajaannya kepada Sri Lanka. Raja Thailand sangat sulit untuk menolak tantangan ini karena Thailand akan ditertawakan oleh dunia Buddhis pada khususnya dan seluruh dunia pada umumnya. Raja Thailand kemudian mengumpulkan semua Bhikkhu yang ternama di negaranya untuk menyelesaikan tugas ini. Banyak yang mencoba tapi tidak berhasil.
Raja membuat pengumuman untuk mencari seseorang yang dapat menyelesaikan tugas ini. Pada hari ke-4, raja bermimpi seekor gajah putih yang bersinar terang sedang membunyikan suaranya. Kemudian sang raja berkonsultasi dengan seorang paranormal dan beliau diberitahukan bahwa akan ada seorang yang piawai yang akan muncul dan dapat menyelesaikan tugas ini.
Pad hari ke-6, Lp Thuad meninggalkan viharanya pada pagi hari untuk berpindapata makanan. Dia tiba di rumah seorang kaya. Dan mereka sedang menceritakan krisis yang melanda Thailand. Mereka melihat dia sedang memegang mangkok pata dan berdiri di depan pintu mereka. Tuan rumah kemudian mempersembahkan makanan kepada Beliau. Pemilik rumah merasakan kalau Bhikkhu di depannya bukan orang biasa. Dia memberi hormat kepada Lp Thuad dan memberitahukan mengenai masalah Negara Thailand kepada Beliau dan menanyakan kepada Beliau apakah beliau bisa membantu. Lp Thuad menjawab kalau dia akan mencoba. Dan pemilik rumah itu merasa sangat bahagia dan akan mengundang Lp Thuad untuk menjumpai sang Raja secepatnya. Lp Thuad memberitahu dia untuk tidak terburu-buru dan mereka akan berangkat keesokan hari.
Setelah Lp Thuad pergi, orang kaya tersebut memberitakan kabar baik ini kepada Raja. Keesokan harinya, utusan raja datang untuk membawa Lp Thuad ke istana.
Lp Thuad tiba di istana disambut oleh semua petugas istana. Setengah jam kemudian, para bhikkhu dari Sri Lanka datang. Setelah ramah tamah sebagai formalitas, Lp Thuad mulai mengerjakan tugas yang diberikan. 12 mangkok kata2 dituang di atas meja. Beliau kemudian menutup matanya dan menyusun nya dengan ke dua tangannya. Setelah ¼ jam, dia memberitahukan kalau ada 5 kata2 yang hilang.
Ke-7 bhikkhu dari Sri Lanka terdiam. Lp Thuad kemudian memperingatkan siapapun juga yang tidak mengeluarkan kata2 yang hilang tersebut akan mati dalam keadaan yang sangat mengganaskan dengan tengkorak kepala yang pecah. Orang yang menyimpan ke-5 kata2 yang hilang tersebut ketakutan dan mengeluarkan ke-5 kata2 yang hilang tersebut.
Dengan mata tertutup Lp Thuad mengeluarkan kekuatan supranaturalnya untuk menyusun kata2 itu. Sutra itu kemudian selesai dalam sekejap. Melihat Thailand sukses mengerjakan tugas tersebut, ke-7 bhikkhu Sri Lanka kemudian mempersembahkan ke-7 perahu dari emas dan pergi. Semenjak itu nama Lp Thuad menjadi terkenal di seantero negri. Beliau kemudian dikenal sebagai seorang Bhikkhu suci dalam sejarah Thailand.
Terkesan dengan kebijaksanaan Lp Thuad, raja Thailand memberikan gelar “Somdej Phra Rajamuni Samiramagunupamacarya” kepada Lp Thuad. Kemudian Lp Thuad juga menjadi penasehat raja dari Sri Lanka.
Lp Thuad tinggal di ibukota selama beberapa tahun sampai dia mendapat berita kalau ibunya sedang sakit keras. Dia kemudian pulang ke kampong halamannya, ibunya meninggal pada usia 78 tahun. Setelah pemakaman ibunya, dia tinggal di Singora, Thailand.
Menjelang kepulangannya, Lp Thuad menemukan puing2 wat Pa Ko. Kemudian dia mengirimkan pesan kepada raja Thailand untuk meminta merenovasi kembali vihara tersebut.
Raja Thailand sangat senang untuk membantu dan vihara tersebut pulih kembali dalam waktu singkat. Raja Thailand memberikan tanah di sekeliling vihara tersebut untuk Lp Thuad dan 250 keluarga yang tinggal di sekitar tempat tersebut.
Seorang pegawai gubernur dari Selatan yang bernama Phang, seorang dengan wajah yang gelap, ingin membangun sebuah vihara Buddhis. Dia datang ke Singora untuk mencari seorang Bhikkhu yang piawai sebagai kepala pembangunan vihara tersebut. Pada suatu sore, dia melihat seorang Bhikkhu tua berjalan di sepanjang pantai dan meninggalkan jejak yang bercahaya. Dia tahu bahwa inilah Bhikkhu yang perlu didekati. Dia kemudian bernamaskara pada Lp Thuad dan memberitahukan bahwa dia berniat untuk membangun sebuah vihara di Pattani. Lp Thuad sudah mengetahui hal itu melalui kekuatan batinnya. Dia setuju dan pergi bersama Gubernur Phang ke Pattani. Setelah pembangunan selesai, vihara tersebut diberi nama wat ChangHai. Lp Thuad adalah kepala vihara di wat Changhai sampai beliau wafat pada usia 120thn. (Tetapi, beberapa sumber mengatakan bahwa tidak ada seorangpun yang tahu kalau Lp Thuad telah meninggal dunia).






Komentar

Postingan Populer